Assalamualaikum...
Siapakah orang-orang yang dikagumi oleh para malaikat? Dan inginkah anda termasuk orang-orang yang dikagumi oleh mereka? Kalau anda menghendakinya, simaklah hadits di bawah ini dengan seksama dan renungkanlah kandungan hikmahnya.
Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang bersumber dari seorang shahabat yang bernama Hanzholah Al-Usaiydi radhiyallahu ‘anhu, dia adalah seorang juru tulis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau (Hanzholah) berkata, “Abu Bakar datang menemuiku, lalu bertanya, “Bagaimana keadaanmu wahai Hanzholah?” Dia (Hanzholah ) berkata, “Saya mengatakan, “Hanzholah telah “munafik”. Abu Bakar berkata, “Subhanallah! Apa yang engkau ucapkan (wahai Hanzholah)?” Dia (Hanzholah) berkata, “Saya mengatakan, “Ketika kita bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
Hikmah yang terkandung dalam hadits yang mulia di atas ada beberapa hal:
1. Penjelasan tentang keutamaan salah seorang shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang bernama: Hanzholah Al-Usaiydi radhiyallahu ‘anhu.
2. Di antara keutamaannya adalah beliau sangat khawatir jatuh pada perbuatan dosa-dosa yang dalam hadits ini dia khawatir terjerumus kepada perbuatan munafik, dan di antara contoh kemunafikan: bicara dusta, tidak tepat janji, tidak amanah, tidak konsisten, tidak sejalan antara ucapan dan perbuatan, dan lain-lainnya.
3. Diperbolehkannya seseorang untuk mencela, memecut, dan meng-hukum dirinya sendiri karena melakukan suatu perbuatan khilaf, agar kekurangan dirinya sendiri bisa segera dia perbaiki, sebagaimana Hanzholah radhiyallahu ‘anhu menyebut dirinya seorang munafik, tatkala dia merasa ada sesuatu yang kurang pada dirinya, sedangkan dia sangatlah jauh dari sifat kemunafikan. Mencela diri sendiri sangat dianjurkan agar diri kita semakin mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala.
Celalah diri kita, mengapa tidak bisa khusyu' dalam sholat, sedangkan Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya.”
Celalah diri kita, mengapa tidak takut kepada neraka, sedangkan Al-Qur`an menuturkan (arti: takutlah kalian kepada api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang yang kafir)
Celalah diri kita, mengapa tidak tamak kepada akhirat dan surga, sedangkan Al-Qur`an mengingatkan kita, artinya, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepada-mu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagai-mana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguh-nya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)
Celalah diri kita, mengapa justru tamak kepada dunia yang akan menyengsarakan kita.
Celalah diri kita, mengapa tidak bisa menangisi dosa-dosa dan perbuatan maksiat yang kita lakukan. Muadz Bin Jabal radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah apa itu keselamatan?” Beliau menjawab, “Kesalamatan ada pada tiga hal: Pertama: tahan/jagalah lisanmu; Ke dua: betahlah engkau di rumah; Ke tiga: tangisilah kesalahanmu.”
Celalah diri kita, mengapa tidak punya waktu untuk berzikir kepada Allah, sedangkan Allah subhanahu wata’ala akan mengingat kita, tatkala kita ingat kepada-Nya. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Ingatlah kalian kepada-Ku maka Aku akan ingat kepada kalian.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan, “Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu.”
Celalah diri kita kenapa sedikit dan tidak bisa banyak membaca Al-Qur`an, bukankah Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bacalah oleh kalian Al-Qur`an karena ia akan datang pada hari Kiamat untuk memberikan syafa'at (kepada pembacanya).”
Celalah diri kita, mengapa tidak gemar berinfak dan bershadaqah, sedangkan infak dan shadaqah banyak sekali keutamaan dan keajaibannya.
Celalah diri kita, mengapa tidak bisa mengoptimalkan pemanfaatan bulan suci Ramadhan kali ini dengan baik dan justru hari-hari bulan Ramadhan ini tiada perbaikan yang berarti pada diri kita.
Celalah diri kita, mengapa tidak terenyuh melihat penderitaan para fakir miskin. Celalah diri kita, mengapa tidak peka terhadap anak yatim yang menjadi tanggung jawab kita bersama.
Celalah diri kita, Celalah diri kita, Celalah diri kita. Dan jangan mencela orang lain, sebab orang yang suka mencari kesalahan orang lain dan kemudian dia mencelanya, maka dia adalah orang yang paling buruk akhlaknya dan orang yang paling busuk hatinya.
4. Anjuran untuk bergaul dengan orang-orang sholeh, agar terhindar dari berabagai macam fitnah dan dosa, dan sekaligus sebagai peringatan untuk menjauhi teman-teman yang tidak baik, karena bisa mempengaruhi agama seseorang, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Seseorang itu (terpengaruh) oleh agama temannya”.
5. Anjuran agar selalu menuntut ilmu dan menghadiri majlis ilmu untuk menghilangkan kebodohan, dan peringatan agar jangan menjauhi majlis ilmu. Dan ketahuilah bahwa kebodohan sumber kehancuran dan kehinaan, Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya, “Sesungguhnya binatang (mahluk) yang seburuk-buruknya (makhluk paling hina) pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa pun.” (QS. Al-Anfal: 22)
6. Allah subhanahu wata’ala mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu.
7. Keutamaan orang yang beriman dan berilmu, sebab dia senantiasa takut dan ingat kepada Allah subhanahu wata’ala serta bergaul dengan orang yang sholeh.
8. Teman sejati adalah teman yang mengajak ke jalan Allah, yang menghibur kita tatkala sedih, yang menolong kita tatkala kesulitan dan yang mengingatkan kita tatkala lalai, yang meluruskan jalan kita tatkala menyimpang.
9. Keutamaan mengingat surga dan neraka, karena keduanya itu akan menghantarkan seseorang untuk takut kepada Allah subhanahu wata’ala.
10. Tiada manusia yang sempurna dan tiada manusia yang maksum kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
11. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu adalah manusia biasa dan dia tidak maksum karena pada saat-saat tertentu bisa jadi lupa tentang surga dan neraka, layaknya orang selainnya, tapi dia punya keutamaan yang tidak dimiliki oleh orang lain.
12. Anjuran untuk bertanya kepada saudaranya yang seiman tentang keadaan dan kabarnya, agar bisa saling berbagi dan saling mengisi kekurangan.
13. Anjuran untuk selalu melakukan muhasabah terhadap diri sendiri di manapun dan kapan pun.
14. Untuk menyelesaikan suatu per-masalahan yang tidak diketahui, hendaklah bertanya kepada orang-orang yang berilmu (ulama).
15. Isteri dan anak-anak terkadang menjadi sumber fitnah yang menimbulkan dosa, oleh karenanya didiklah mereka agar senantiasa sejalan dengan ajaran Islam, menanamkan dan menumbuhkan sikap muraqobatullah dalam setiap tindakan.
16. Peringatan agar jangan menjauhi masjid dan tempat-tempat yang bisa menentramkan hati dan mem-perbaikinya.
17. Ingatlah kepada Allah subhanahu wata’ala di mana-pun kita berada, di rumah atau di luarnya, di pasar atau di jalanan, di tengah keramaian atau sedang sendirian.
18. Kekaguman para malaikat kepada orang-orang yang senantiasa ingat kepada Allah subhanahu wata’ala, karena itu, ingatlah selalu kepada Allah, maka para malaikat akan kagum kepada anda.
19. Dunia ini adalah permainan, senda gurau dan godaan, oleh karenanya hati-hatilah terhadap dunia yang penuh dengan cobaan ini.
20. Sebaik-baik perbekalan adalah taqwa, karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan, “Bertaqwalah kalian di manapun kalian berada, iringilah kesalahan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan meng-hapuskan kesalahan, serta ber-akhlaklah terhadap manusia dengan akhlak yang baik." (Isnain Azhar, Lc)
Siapakah orang-orang yang dikagumi oleh para malaikat? Dan inginkah anda termasuk orang-orang yang dikagumi oleh mereka? Kalau anda menghendakinya, simaklah hadits di bawah ini dengan seksama dan renungkanlah kandungan hikmahnya.
Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang bersumber dari seorang shahabat yang bernama Hanzholah Al-Usaiydi radhiyallahu ‘anhu, dia adalah seorang juru tulis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau (Hanzholah) berkata, “Abu Bakar datang menemuiku, lalu bertanya, “Bagaimana keadaanmu wahai Hanzholah?” Dia (Hanzholah ) berkata, “Saya mengatakan, “Hanzholah telah “munafik”. Abu Bakar berkata, “Subhanallah! Apa yang engkau ucapkan (wahai Hanzholah)?” Dia (Hanzholah) berkata, “Saya mengatakan, “Ketika kita bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
<span class="fullpost">
beliau mengingatkan kita tentang surga dan neraka, maka seolah-olah kita melihatnya, namun tatkala kita keluar dari majlisnya, berkumpul dengan isteri-isteri dan anak-anak, serta disibukkan dengan hal-hal lainnya, maka kita lupa banyak hal.” (Lupa surga, lupa neraka, lupa mengingat Allah, pentj). Abu Bakar berkata, “Demi Allah kami juga mengalami hal yang sama seperti itu.” Maka saya dan Abu Bakar keluar untuk menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu saya berkata, “Wahai Rasulullah, Hanzholah telah “munafik”! (Mendengar hal itu) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, berkata, “Ada apa?” Saya pun mengatakan, “Wahai Rasulullah, tatkala kami ada bersamamu, engkau mengingatkan kami tentang surga dan neraka, maka seolah-olah kami melihatnya, namun tatkala kami keluar dari majlismu, berkumpul dengan isteri-isteri dan anak-anak serta disibukkan dengan hal-hal lainnya, maka kami lupa banyak hal.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, jika kalian senantiasa dalam kondisi seperti berada di sisiku yaitu selalu berzikir (ingat Allah), maka sungguh para malaikat menyalami kalian, walau kalian berada di atas alas tidur (berada di rumah, pentj.), atau sedang berada di jalan-jalan (berada di luar rumah, pentj.) Akan tetapi wahai Hanzholah, sesaat dan sesaat, beliau mengulangi tiga kali.” Hikmah yang terkandung dalam hadits yang mulia di atas ada beberapa hal:
1. Penjelasan tentang keutamaan salah seorang shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang bernama: Hanzholah Al-Usaiydi radhiyallahu ‘anhu.
2. Di antara keutamaannya adalah beliau sangat khawatir jatuh pada perbuatan dosa-dosa yang dalam hadits ini dia khawatir terjerumus kepada perbuatan munafik, dan di antara contoh kemunafikan: bicara dusta, tidak tepat janji, tidak amanah, tidak konsisten, tidak sejalan antara ucapan dan perbuatan, dan lain-lainnya.
3. Diperbolehkannya seseorang untuk mencela, memecut, dan meng-hukum dirinya sendiri karena melakukan suatu perbuatan khilaf, agar kekurangan dirinya sendiri bisa segera dia perbaiki, sebagaimana Hanzholah radhiyallahu ‘anhu menyebut dirinya seorang munafik, tatkala dia merasa ada sesuatu yang kurang pada dirinya, sedangkan dia sangatlah jauh dari sifat kemunafikan. Mencela diri sendiri sangat dianjurkan agar diri kita semakin mendekat kepada Allah subhanahu wata’ala.
Celalah diri kita, mengapa tidak bisa khusyu' dalam sholat, sedangkan Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam sholatnya.”
Celalah diri kita, mengapa tidak takut kepada neraka, sedangkan Al-Qur`an menuturkan (arti: takutlah kalian kepada api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang yang kafir)
Celalah diri kita, mengapa tidak tamak kepada akhirat dan surga, sedangkan Al-Qur`an mengingatkan kita, artinya, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepada-mu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagai-mana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguh-nya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)
Celalah diri kita, mengapa justru tamak kepada dunia yang akan menyengsarakan kita.
Celalah diri kita, mengapa tidak bisa menangisi dosa-dosa dan perbuatan maksiat yang kita lakukan. Muadz Bin Jabal radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah apa itu keselamatan?” Beliau menjawab, “Kesalamatan ada pada tiga hal: Pertama: tahan/jagalah lisanmu; Ke dua: betahlah engkau di rumah; Ke tiga: tangisilah kesalahanmu.”
Celalah diri kita, mengapa tidak punya waktu untuk berzikir kepada Allah, sedangkan Allah subhanahu wata’ala akan mengingat kita, tatkala kita ingat kepada-Nya. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Ingatlah kalian kepada-Ku maka Aku akan ingat kepada kalian.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan, “Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu.”
Celalah diri kita kenapa sedikit dan tidak bisa banyak membaca Al-Qur`an, bukankah Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bacalah oleh kalian Al-Qur`an karena ia akan datang pada hari Kiamat untuk memberikan syafa'at (kepada pembacanya).”
Celalah diri kita, mengapa tidak gemar berinfak dan bershadaqah, sedangkan infak dan shadaqah banyak sekali keutamaan dan keajaibannya.
Celalah diri kita, mengapa tidak bisa mengoptimalkan pemanfaatan bulan suci Ramadhan kali ini dengan baik dan justru hari-hari bulan Ramadhan ini tiada perbaikan yang berarti pada diri kita.
Celalah diri kita, mengapa tidak terenyuh melihat penderitaan para fakir miskin. Celalah diri kita, mengapa tidak peka terhadap anak yatim yang menjadi tanggung jawab kita bersama.
Celalah diri kita, Celalah diri kita, Celalah diri kita. Dan jangan mencela orang lain, sebab orang yang suka mencari kesalahan orang lain dan kemudian dia mencelanya, maka dia adalah orang yang paling buruk akhlaknya dan orang yang paling busuk hatinya.
4. Anjuran untuk bergaul dengan orang-orang sholeh, agar terhindar dari berabagai macam fitnah dan dosa, dan sekaligus sebagai peringatan untuk menjauhi teman-teman yang tidak baik, karena bisa mempengaruhi agama seseorang, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Seseorang itu (terpengaruh) oleh agama temannya”.
5. Anjuran agar selalu menuntut ilmu dan menghadiri majlis ilmu untuk menghilangkan kebodohan, dan peringatan agar jangan menjauhi majlis ilmu. Dan ketahuilah bahwa kebodohan sumber kehancuran dan kehinaan, Allah subhanahu wata’ala berfirman artinya, “Sesungguhnya binatang (mahluk) yang seburuk-buruknya (makhluk paling hina) pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa pun.” (QS. Al-Anfal: 22)
6. Allah subhanahu wata’ala mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu.
7. Keutamaan orang yang beriman dan berilmu, sebab dia senantiasa takut dan ingat kepada Allah subhanahu wata’ala serta bergaul dengan orang yang sholeh.
8. Teman sejati adalah teman yang mengajak ke jalan Allah, yang menghibur kita tatkala sedih, yang menolong kita tatkala kesulitan dan yang mengingatkan kita tatkala lalai, yang meluruskan jalan kita tatkala menyimpang.
9. Keutamaan mengingat surga dan neraka, karena keduanya itu akan menghantarkan seseorang untuk takut kepada Allah subhanahu wata’ala.
10. Tiada manusia yang sempurna dan tiada manusia yang maksum kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
11. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu adalah manusia biasa dan dia tidak maksum karena pada saat-saat tertentu bisa jadi lupa tentang surga dan neraka, layaknya orang selainnya, tapi dia punya keutamaan yang tidak dimiliki oleh orang lain.
12. Anjuran untuk bertanya kepada saudaranya yang seiman tentang keadaan dan kabarnya, agar bisa saling berbagi dan saling mengisi kekurangan.
13. Anjuran untuk selalu melakukan muhasabah terhadap diri sendiri di manapun dan kapan pun.
14. Untuk menyelesaikan suatu per-masalahan yang tidak diketahui, hendaklah bertanya kepada orang-orang yang berilmu (ulama).
15. Isteri dan anak-anak terkadang menjadi sumber fitnah yang menimbulkan dosa, oleh karenanya didiklah mereka agar senantiasa sejalan dengan ajaran Islam, menanamkan dan menumbuhkan sikap muraqobatullah dalam setiap tindakan.
16. Peringatan agar jangan menjauhi masjid dan tempat-tempat yang bisa menentramkan hati dan mem-perbaikinya.
17. Ingatlah kepada Allah subhanahu wata’ala di mana-pun kita berada, di rumah atau di luarnya, di pasar atau di jalanan, di tengah keramaian atau sedang sendirian.
18. Kekaguman para malaikat kepada orang-orang yang senantiasa ingat kepada Allah subhanahu wata’ala, karena itu, ingatlah selalu kepada Allah, maka para malaikat akan kagum kepada anda.
19. Dunia ini adalah permainan, senda gurau dan godaan, oleh karenanya hati-hatilah terhadap dunia yang penuh dengan cobaan ini.
20. Sebaik-baik perbekalan adalah taqwa, karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan, “Bertaqwalah kalian di manapun kalian berada, iringilah kesalahan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan meng-hapuskan kesalahan, serta ber-akhlaklah terhadap manusia dengan akhlak yang baik." (Isnain Azhar, Lc)
Wassalam...
No comments:
Post a Comment