Assalamualaikum..
Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT menamakan manusia dengan
alinsan, annas dan albasyar. Sebagai manusia, kita perlu memahami makna-makna
tersebut agar dapat menangkap hakikatnya untuk selanjutnya menjalani kehidupan
sebagai manusia sebagaimana yang Allah SWT kehendaki, yakni mengabdi kepada-
Nya. Allah SWT berfirman: “ Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali
Al-Insan
Menurut Dr. Quraish Shihab dalam buku tafsirnya, alinsan terambil dari akar kata
yang berarti bergerak, lupa dan merasa bahagia atau senang. Ketiga arti ini
menggambarkan sebagian dari sifat atau ciri khas manusia. Ia bergerak bahkan
seharusnya memiliki dinamisme; ia juga memiliki sifat lupa atau semestinya
melupakan kesalahan-kesalahan orang lain dan ia pun merasa senang bila bertemu
dengan jenisnya atau seyogianya selalu berusaha memberi kesenangan dan
kebahagiaan kepada diri dan makhluk-makhluk lainnya.
Penggunaan kata al-insan untuk menyebut manusia menunjukkan bahwa manusia
adalah makhluk Allah SWT yang diberi beban tanggung jawab untuk mengabdi
kepada-Nya dalam cakupan yang seluas-luasnya sebagaimana dalam firman-Nya di
atas. Manakala manusia tidak menggunakan waktu dalam kehidupannya untuk
mengabdi kepada Allah SWT, maka ia akan menjadi orang yang rugi dunia dan
akhirat. Dalam kaitan ini Allah SWT berfirman di QS.103:1-3 : ” Demi masa.
Sesungguhnya manusia (al-insaan) benar-benar dalam kerugian. kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.
Oleh karena itu, sebagai alinsan, manusia seharusnya selalu waspada terhadap
godaan-godaan syaitan karena syaitan ingin menyesatkan manusia bukan secara fisik
tapi manusia sebagai insan karena Allah SWT menggunakan kata insan ketika
berfirman dalam QS. 17:53 “ Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: 'Hendaklah
mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu
menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagi manusia.”
Namun, manusia yang disebut al-insan juga berarti lupa, semestinya ia melupakan
kesalahan-kesalahan orang lain terhadap dirinya sehingga ia menjadi pemaaf.
Kenyataan yang terjadi banyak manusia yang menjadi lupa terhadap ketentuanketentuan
Allah SWT sehingga mengabaikan perintah-Nya. Untuk itu mansuia harus
selalu berdzikir kepada Allah SWT dalam segala keadaan.
Sekiranya manusia menyadari hakikat dirinya sebagai alinsan yang berarti harus
selalu membuat senang manusia dan mahkluk Allah lainnya, maka dalam hidupnya
niscara manusia akan selalu memberikan yang terbaik, melakukan kebaikan bahkan
menjadi cermin dalam kebaikan dan kebenaran dan segala perbuatannya selalu
memberikan manfaat kepada manusia lain dan lingkungannya, dan inilah manusia
yang ideal.
Al-Basyar
Penggunaan kata al-basyar untuk manusia lebih ditekankan kepada hal-hal yang
bersifat jasmani dan naluri. Misalnya manusia itu bisa dilihat, disentuh, memerlukan
makan, minum, berkembang biak dan lain-lain. Dalam kaitan ini Rasulullah SAW
sebagai albasyar sama seperti kita yang merasa lapar, haus, dan sebagainya. Allah
SWT berfirman : “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu,
yang diwahyukan kepadaku: 'Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan
yang Esa.' Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia
mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam
beribadat kepada Tuhannya.' (QS. 18:110)
Karena jasmani manusia memiliki berbagai macam kebutuhan, maka sebagai
albasyar manusia boleh memenuhi segala macam kebutuhannya dengan cara yang
sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Manusia yang menghalalkan segala cara dalam
memenuhi kebutuhannya, sama halnya seperti binatang bahkan lebih buruk lagi. “
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin
dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka
itulah orang-orang yang lalai. " (QS. 7:179)
Kenyataan menunjukkan bahwa keinginan manusia yang bersifat jasmaniyah sangat
besar bahkan bisa jadi sangat dominan. Karena itu sebagai al-basyar manusia harus
mampu mengendalikan hawa nafsunya bukan membiarkannya sebebas-bebasnya,
juga bukan membunuhnya. Manusia yang bisa mengendalikan hawa nafsunya akan
menjadi manusia yang bermartabat.
An-Nas
Di dalam al-Qur’an, Allah SWT juga menyebutkan kata annas untuk menyebut
manusia. Secara harfiyah, annas diambil dari kata nausu yang berarti gerak dan
terambil dari kata unas yang berarti tampak. Demikian menurut Dr. Quraish Shihab.
Dari makna ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa sebagai manusia, keberadaan
kita di dunia ini harus kita tunjukkan atau kita tampakkan dengan gerakan kebaikan
dan perbaikan. Secara fisik, manusia akan menjadi sehat bila ia banyak bergerak.
Pengabdian kepada Allah SWT yang salah satunya adalah sholat dan haji, dilakukan
dengan banyak melakukan gerakan.
Sebagai makhluk yang harus bergerak, manusia harus saling mengenal antara satu
dengan lainnya karena manusia memang terdiri dari perbedaan jenis kelamin, suku,
bangsa, bahasa, dan warna kulit. Namun, setelah saling mengenal manusia harus
menyadari bahwa kemuliaan itu bukan terletak pada kebanggaan atas status bangsa,
jenis kelamin, warna kulit dan lainnya, tapi Allah SWT meletakkan kemuliaan
manusia itu pada taqwanya. " Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.49:13)
Wassalam...
No comments:
Post a Comment