Assalamualaikum...
Ada dua nikmat yang bisa menipu kebanyakan manusia, sehat dan waktu luang,''
demikian pesan Rasulullah SAW kepada Abu Dzar Al-Ghifari. Sehat dan waktu
luang menenggelamkan manusia dalam kubangan rutinitas keseharian yang
menumbuhkan benih-benih cinta dunia.
Akibatnya, cakrawala hidup pun menyempit. Hidupnya dihayati sebagai kehidupan
yang sejati. Padahal, di ujung muara kehidupan ini, terdapat pintu gerbang ke
kehidupan yang lebih kekal. Pintu gerbang itu adalah kematian. Hidup manusia
merupakan rentangan antara kelahiran dan kematian. Rentangan hidup itu disebut
umur. Dalam tiap tahap perguliran hari, umur manusia bukannya bertambah, tapi
justru berkurang.
Dalam Al-Mawaidz fi al-Ahadits al-Qudsiyah yang disusun Imam Ghazali, Allah
SWT berfirman, ''Wahai anak cucu Adam, kau akan menghadap dengan amalmu.
Sejak kau dilahirkan ibumu, umurmu setiap hari digerogoti, setiap hari kau
mendekati kuburmu sampai akhirnya kau benar-benar masuk di dalamnya.''
Oleh karena itu, Rasulullah SAW berwasiat, ''Wahai Abu Dzar, manfaatkan yang
lima sebelum datang yang lima. Masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu
sebelum sakitmu, dan kayamu sebelum miskinmu, luangmu sebelum sibukmu, dan
hidupmu sebelum matimu.''
Alquran menaruh perhatian atas fenomena umur ini. Alquran menggunakan dua
istilah, sinn (usia) dan umur. Usia disebut sinn, yang berarti juga gigi karena gigi
menandai usia. Sedangkan kata umur, yang seakar dengan kata ma'mur (makmur),
mengandung arti kesinambungan atau ketinggian.
Perinciannya sebagai berikut, sebanyak 27 kali kata yang seakar dengan umur disebut
dalam Alquran; tiga kali berhubungan dengan memakmurkan bumi dan
melaksanakan umrah; dua kali terkait dengan memakmurkan masjid. Sekali
menyebut bait al-ma'mur yang berada di langit, tiga kali menceritakan kisah keluarga
Imran, dan lima belas kali berbicara usia.
Nilai kesejatian umur tidak tampak dari kuantitas umur, tapi kualitas umur.
Maksudnya, bisa jadi seseorang berumur panjang namun tidak dimanfaatkan sebaikbaiknya
untuk menabung amal saleh. Sehingga, umurnya berlalu tanpa makna.
Umur yang berkualitas adalah umur yang diisi secara efektif untuk melakukan kerjakerja
kesalehan, baik kesalehan vertikal (ubudiyah) maupun kesalehan horizontal
(muamalah). Kualitas umur tersebut akan lebih nyata terlihat ketika seseorang
dijemput sang malaikat maut. Apakah kematiannya ditangisi dan diratapi karena
kehilangan, ataukah disyukuri
Tak ada satu manusia pun yang mampu memprediksi berapa umurnya. Oleh sebab
itu, yang mampu dilakukan oleh tiap diri adalah bagaimana mengukir kebaikan
sebagai prasasti yang tertoreh dalam sejarah hidupnya. (M Subhi-Ibrahim)
Wassalam...
No comments:
Post a Comment